cndl_grn4_md_wht.gif    
                            

                                                                                                                                      
A. Sudjud Dartanto Kirim Email Komentar Cari Data Peta situs ini  Situs Sahabat Newsgroup Mailing List

Berisi informasi, catatan dan data seni-budaya, sains dan teknologi. Selain info dan data personal

PROGRAM

Workshop tungku dan pembakaran Keramik Raku [Yayasan Seni Cemeti dan Dosen Seni Keramik ITB]
Workshop Jurnalisme Seni Rupa Kontemporer[Yayasan Seni Cemeti, Aliansi Jurnalis Independen, Lembaga Penelitian Institut Seni indonesia] 
Seminar Dokumenter Film Budaya[ Yayasan Mandiri Fim Indonesia]
Workshop Penulisan dan kritik Fotografi [Imaging Centre, Cemeti Art Hause, Yayasan Seni Cemeti]
Dialog Seni Kita di 104.75 UNISI FM [Radio UNISI FM Yogyakarta, Yayasan Seni cemeti]
Diskusi dua bulanan Yayasan Seni Cemeti
Diskusi bulanan di Galeri Benda
Diskusi dua mingguan di Galeri Benda
Buletin Surat Yayasan Seni Cemeti

JURNALISME - RESENSI

Geliat Seni  Keramik dalam mencari esensi bentuk[Sani Majalah Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia]
Hegemoni Kekuasaan terhadap kiprah kesenian Indonesia [Seminar kesenian dalam dinamika perubhan sosial di UC Universitas Gadjah Mada]
Pameran foto Arsitektur Kontemporer  Jepang
Penelitian Seni Rupa Kontemporer [DR. M.Dwi Marianto, Drs. Rizki zaelani, Drs. Asmudjo Jono Irianto, DR. Sumartono]
Online Exhibition [Gate Foundation]
Evilism [Perupa Apotik Komik, Popok Triwahyudi]
Seni Radikal dunia ketiga [Seniman Lithuania, Sigitas Statiunas]

GALERI

Seni Keramik [sculptural Ceramic, tile]
Seni Instalasi [indoor, oitdoor]
Desain & Logo

LEMBAGA

Galeri benda
Yayasan Seni Cemeti
KUNCI : Cultural Studies Centre


Jurnalisme

Kembali kedepan

 

 

 

 

 

Pameran Foto Arsitektur Kontemporer jepang 1986-1996


Intimnya Tradisi, Lingkungan dan Teknologi Jepang


Ludwig Mies van der Rohe, tokoh arsitektur modern bisa jadi kaget kalau saja dia melihat perkembangan arsitektur di Jepang, skurang-kurangnya satu dasawarsa terakhir. Diktum yang pernah dia nyatakan yaitu Less is more, sebagai esensi arsitektur modern, diplesetkan menjadi Less is bore oleh Robert Venturi, tokoh arsitektur postmodern, dimana manifestasinya terlihat sepanjang tahun 1986 sampai tahun 1996 terutama pada kecenderungan arsitektur di Jepang.


Saratnya perpaduan gaya pada arsitektur Jepang ini terlihat pada Pameran Foto Arsitektur kontemporer Jepang, selama sepekan dari 10 hingga 17 Desember 1998 di gedung Purna Budaya, Taman Budaya, Bulaksumur, Yogyakarta. Pameran yang terselenggara lewat kerja sama Japan Foundation dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Yayasan Seni Ce,meti dan Taman Budaya Yogyakarta, dibuka oleh Direktur Jenderal Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta, Kazimasa Nishida dan Ir. Mahatmanto, Ketua Jurusan Arsitektur UKDW.

Keragaman Arsitektur Jepang


Keanekaragaman ekspresi arsitektur Jepang mendapat perhatian sebagai hasil feleksi dan keyakinan masyarakat Jepang bahwa arsitektur merupakan bagian dari budaya dan tidak sepenuhnya digerakkan oleh ekonomi. Pada pameran ini, bangunan arsitektur yang digelar, dibagi berdasarkan kondisi sosial, dan geografis yang ada, yaitu kota besar, kota sedang, kota kecil kota di pinggiran kota besar. Seratus foto arsitektur kontemporer terkenal di Jepang bisa disaksikan pada berbagai fungsi bangunan, antara lain airport, galeri seni, museum, universitas, sampai pada tempat-tempat rileks dan hiburan yang tersebar di berbagai penjuru negara Jepang. Sejak negara yang berpenduduk kurang lebih 123 juta jiwa ini menggelar Japan EXPO, arsitektur Jepang bergerak progresif dan memberi pengaruh pada arsitektur dunia. Demikian juga arsitek jepang, sebut saja arsitek kenzo Tange dengan karyanya The New Tokyo Hall Complex, atau karya Makoto Sei Watanabe di kota metropolitan Tokyo, berupa sebuah bangunan untuk aktivitas pendidikan Aoyama Technical College. Bangunan sekolah ini menyitrakan bentuk perpaduan serangga, motor, dan telur, lihat juga kemegahan karya Nikken Sei Takenaka dengan Tokyo "Big Egg" Domenya.

Belajar dari Arsitektur Jepang


Topik di atas adalah materi pada sarasehan yang berlangsung pada 15 Desember 1998 di Gedung Purna Budaya, Yogyakarta. Menurut Ir Ikaputra, Ph.D., staf pengajar jurusan Teknik Arsitektur UGM, Jepang dengan segala kemajuan yang dicapainya tetap menghormati tradisi, yaitu penghormatan bangasa Jepang terhadap leluhurnya. Hal ini tercermin dari beberapa arsitektur Jepang yang bisa selaras serta berdampingan dengan kemajuan yang dicapai.Selain itu, kata Ikaputra, iklim empat musin dan kondisi geografis Jepang yang terbatas menjadi dasar terciptanya bangunan yang tahan cuaca, gempa, dan multi guna. Pemerintah Jepang sendiri mendukung arsitek-srsitek avant garde jepang dengan keragaman ide-idenya. Sebagai contoh apartemen di Tokyo. Bangunan itu berbentuk kapsul berukuran 2,5 x 2,5 m. Apartemen ini memang dirancang berdasarkan kebutuhan pemukiman di tempat sempit dan mahal, sehingga secara teknis ruang-ruang pada bagnunan tersebut dirancang untuk bisa dipindah dan ditukarkan.
Di Tokyo ada sebuah kantor bawah tanah berlantai empat yaitu Earthecture sub 1, karya arsitek Shin Takamatsu. Kemudian sebuah museum sxulpural, berbentuk seperti rumah berkaki panjang yaitu kihoku Astronomical Museum di daerah pedesaan di Kagoshima karya Takasaki Masaharu. Tempat penting lainnya yaitu Kanzai International Airport dengan bentuk gelombang yang seakan merupakan lanjutan dari ombak yang seakan merupakan lanjutan dari ombak pada lautan di tepinya. Dan yang tak kalah nyentrik adalah sebuah museum seni kontemporer Nagi Museum of Contemporary Art, di kota kecil Okayama karya arsitek Arata isoza-ki, yang berbentuk silinder diilhami dari simbol bumi, bulan dan matahari. Begitupun pada bangunan yang menampakkan perpaduan gaya modern dan tradisi seperti pada Museum of Tile Art, di kota kecil Oumihachiman Shigam karya Kan Izue, aksentuasi rumah tradisional Jepang, kental terlihat disini.
Ir. Ika juga menerangkan bahwa semangat individualitas warga Jepang yang begitu tinggi merupakan faktor pendorong arsitek bekerja lebih inovatif, misalnya di bagian kota yang paat di Tokyo, ada keragaman yang sangat menarik yaitu bagaimana bangunan kantor-kantor atau rumah-rumah di kota itu dirancang berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga di Jepang jika mencari alamat bisa ditandai hanya dengan bangunannya saja.


Pembicara yang lain, Ir. Adi utomo Hatmoko, M. Arch, menyuguhkan contoh sebuah model bangunan tradisional modern bernama Lotus Temple. Menurut Adi, rancangan arsitektur Jepang didasari makna filosifis pada ruang interior maupun eksterior. Dalam konsep arsitektur jepang, sebagaimana halnya dalam biologi, ada anggapan bahwa dalam desain perencanaan dan pelayanan hubungan satu bangunan dengan bangunan yang lain lebih penting daripada ruang dalam bangunan yang sama. Selain itu juga disebutkan bahwa jendela atau lorong sebuah ruangan dalam bangunan adalah bak sebuah lukisan. Sehingga pada bangunan tradisional itu, misalnya sudut-sudut ruang satu dengan yang lain, mempunyai jalinan yang organis dengan makna spriritual tersendiri.
Pameran Foto Arsitektur Kontemporer Jepang ini secara faktual memperlihatkan keberadaan bangunan tradisional, modern, postmodern, lepas dari kontroversi pelabelannya. Keragaman yang diperlihatkan pada pameran ini merupakan suatu fakta, bahwa arsitektur jepang senantiasa terus mengeksploitasi pembaharuan yang berpacu dengan teknologi, tekanan alam, dan kondisi geografis. Namun secara bijaksana mampu berdampingan dan selaras dengan tradisi. 

Dari uraian tentang arsitektur kontemporer Jepang tersebut, kiranya dapat dijadikan rujukan untuk arsitektur masa depan Indonesia. Kekayaan dengan ragam tradisi yang berbeda adalah ladang inspirasi yang takkan habis, dengan merajut hubungan intim antara karakter lingkungan alam dan kondisi sosial masyarakat. Karya arsitektur tidak saja memperhatikan segi fungsinya saja, tetapi juga mencerminkan budaya setempat, dengan menampilkan kesatuan yang harmonis antara aspek fungsional, alam, lingkungan sosial, dan budaya. Sebuah format alternatif arsitektur masa depan Indonesia, mengapa tidak?
[A. Sudjud.D]

Tulisan ini dimuat di Surat YSV Volume II 1999

                  

 

    neon_aqua_md_wht.gif

, terimakasih atas kunjungan Anda. Mudah-mudahan situs yang telah terancang ini banyak memberi manfaat bagi Anda dalam bidang seni, budaya dan teknologi. Situs ini seoptimal mungkin memperhatikan aspek networking, akurasi data dan updating. Saya berharap barangkali dari teman-teman sekalian ada yang merespon kegiatan ini sehingga proses pendataan ini menjadi lebih baik. Saran, pesan dan komentar langsung anda kirimkan ke  email sujud@usa.net atau ke kolom komentar situs ini.

[Yogyakarta, 30 Juli 2000]  

 


  
Editor dan disain: a.sudjud dartanto |  07/23/2000