cndl_grn4_md_wht.gif    
                            

                                                                                                                                      
A. Sudjud Dartanto Kirim Email Komentar Cari Data Peta situs ini  Situs Sahabat Newsgroup Mailing List

Berisi informasi, catatan dan data seni-budaya, sains dan teknologi. Selain info dan data personal

PROGRAM

Workshop tungku dan pembakaran Keramik Raku [Yayasan Seni Cemeti dan Dosen Seni Keramik ITB]
Workshop Jurnalisme Seni Rupa Kontemporer[Yayasan Seni Cemeti, Aliansi Jurnalis Independen, Lembaga Penelitian Institut Seni indonesia] 
Seminar Dokumenter Film Budaya[ Yayasan Mandiri Fim Indonesia]
Workshop Penulisan dan kritik Fotografi [Imaging Centre, Cemeti Art Hause, Yayasan Seni Cemeti]
Dialog Seni Kita di 104.75 UNISI FM [Radio UNISI FM Yogyakarta, Yayasan Seni cemeti]
Diskusi dua bulanan Yayasan Seni Cemeti
Diskusi bulanan di Galeri Benda
Diskusi dua mingguan di Galeri Benda
Buletin Surat Yayasan Seni Cemeti

JURNALISME - RESENSI

Geliat Seni  Keramik dalam mencari esensi bentuk[Sani Majalah Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia]
Hegemoni Kekuasaan terhadap kiprah kesenian Indonesia [Seminar kesenian dalam dinamika perubhan sosial di UC Universitas Gadjah Mada]
Pameran foto Arsitektur Kontemporer  Jepang
Penelitian Seni Rupa Kontemporer [DR. M.Dwi Marianto, Drs. Rizki zaelani, Drs. Asmudjo Jono Irianto, DR. Sumartono]
Online Exhibition [Gate Foundation]
Evilism [Perupa Apotik Komik, Popok Triwahyudi]
Seni Radikal dunia ketiga [Seniman Lithuania, Sigitas Statiunas]

GALERI

Seni Keramik [sculptural Ceramic, tile]
Seni Instalasi [indoor, oitdoor]
Desain & Logo

LEMBAGA

Galeri benda
Yayasan Seni Cemeti
KUNCI : Cultural Studies Centre

Kembali kedepan

 

 

JURNALISME

 

 

On(e)line Exhibition

17th World Wide Video Art Festival

Seni dalam Lipatan Jarak, Ruang dan Waktu

Seni dalam dunia "kecil". Kecenderungan membuka peluang bagi ruang pikir, persepsi, seremonial baru dan estetika yang lebih luas. Menggembosi mainstream dan birokrasi ?

Ada ungkapan bahwa dunia ini serasa milik berdua, yang lain, "Betapa kecil rasanya dunia ini". Untuk sekarang, ungkapan itu bisa jadi berubah menjadi "dunia ini milik siapa saja", ungkapan kedua, dunia bukan hanya terasa kecil, tetapi memang semakin tampak mini, khususnya saat-saat menjelang milenium ketiga. Sejak internet diperkenalkan 30 tahun lalu oleh Leonard Klienrock, internet menjadi model koneksi baru dalam melakukan lalu lintas interaksi. Internet juga sebuah teknologi yang berhasil menisbikan keterbatasan ruang fisik, waktu dan jarak. Hasil dari rekayasa teknologi ini mengubah dunia menjadi seperti desa kecil (global village), batas negara, jarak antar negara dan luas-sempitnya sebuah negara tidak lagi dipersoalkan. Teknologi ini juga menciptakan sebuah ruang baru yaitu realitas maya (virtual reality), dan budaya baru yang sering disebut sebagai cyberculture. Semakin jelas bahwa internet yang bermula sebagai media yang hanya mengirim dan menerima data, sekarang berkembang pesat yang hampir menyerupai ruang fisik. Untuk sekarang, internet dapat menjadi ruang lalu lintas seni dan budaya. Adalah sebuah pameran di internet, sebagai salah satu kemungkinan dari luasnya tawaran dari teknologi informasi, memang menyajikan sebuah seremonial baru, tidak seperti lazimnya sajian pameran-pameran pada umumnya. Di sini dibutuhkan seperangkat komputer yang compatible, modem dan telepon untuk mengunjungi ruang pamer maya tersebut. Pada tanggal 15-18 September 1999 Yayasan Seni Cemeti berpartisipasi sebagai host dalam sebuah program yang diselenggarakan oleh The Gate Foundation, lembaga nirlaba yang memberi kontribusi isu tentang multikultural dan seni kontemporer ‘non western countries’, dengan bertajuk On(e)line (baca On line atau One Line) sebagai bagian dalam World Wide Video Art Festival ke-17 yang dipusatkan di Amsterdam untuk tahun ini, yang juga diikuti lembaga seni seperti: Public Eye (Cape Town, Afsel), Delta Gallery (Zimbabwe), InIVA (Inggris) dan Museo de Arte y Diseno Contemporaneo (Costa Rica) dan The Gate Foundation sendiri.

Materi pergelaran ini adalah presentasi video art kiriman dari masing-masing peserta yang secara bergilir ditayangkan selama lima hari tersebut pada situs http://surf.to/on(e)line. Juga sebuah konferensi yang berlangsungkan pada tanggal 19 September 1999 dengan Gate Foundation sebagai moderator bertajuk Globalisation and The Regional. Teknis konferensi tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab langsung (dalam bentuk video, audio dan chat), yang berlangsung di situs http://www.dds.nl/~gatefoun/confer.htm..SebelumNamun sebelum konferensi itu berlangsung, tanggal 15 sampai 17 September 1999 diadakan prakonferensi berupa diskusi seusai presentasi karya dengan tema-tema yang sudah disepakati antara lain : internet, institusi seni, seniman dan globalisasi.

Indonesia menampilkan karya Heri Dono dan GEBERModusoperandi (Bintang Hanggono dan Pius Sigit). Tiga seniman ini masing-masing menampilkan karya videonya yang sebelumnya telah dipamerkan di Yogyakarta. Heri Dono menampilkan karya berjudul Badut-Badut Politik( durasi 10 menit), sebuah karya performans yang menggulirkan tentang keberadaan elit penguasa dan kondisi politik Indonesia.. Sedangkan Pius Sigit menampilkan karya berjudul 1999 Indonesia Discount Up To 50 % (durasi 20 menit), sebagai gambaran tentang terpuruknyaIndonesia akibat krisis yang melanda serta karya berjudul Under The Public Licence (durasi 20 menit) milik Bintang Hanggono, tentang sistem kepemilikan publik yang kerap dimonopoli oleh pribadi-pribadi yang rakus. Ketiganya berupaya menampilkan karya dari empatinya terhadap fenomena aktual yang terjadi di Indonesia. Begitu juga dengan seniman-seniman lainnya yang merespon fenomena pada situasi lokalnya masing-masing.

Seperti pada konferensi interaktif dengan topik Globalisation and The Regional, disiratkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat ada usaha-usaha yang serius dalam membuka diri terhadap budaya lain. Internet sebagai alat bantu komunikasi dan interaksi mengambil peranan penting . Sehingga seni dan budaya khususnya diluar mainstream (Eropa dan Amerika) dapat eksis.

Sisi lain dengan adanya internet ini, bahwa nilai seni dan budaya lokal antara satu dengan lainnya ternyata mempunyai intensitas yang sama dengan yang lain, apalagi jika dikaitkan isu multikulturalisme yang sering digaungkan akhir-akhir ini . Sebuah "lipatan" baru yang diharapkan ! [A. Sudjud D]

Tulisan in dimuat pada Surat YSC Volume 5 (Lima)

                  

 

    neon_aqua_md_wht.gif

, terimakasih atas kunjungan Anda. Mudah-mudahan situs yang telah terancang ini banyak memberi manfaat bagi Anda dalam bidang seni, budaya dan teknologi. Situs ini seoptimal mungkin memperhatikan aspek networking, akurasi data dan updating. Saya berharap barangkali dari teman-teman sekalian ada yang merespon kegiatan ini sehingga proses pendataan ini menjadi lebih baik. Saran, pesan dan komentar langsung anda kirimkan ke  email sujud@usa.net atau ke kolom komentar situs ini.

[Yogyakarta, 30 Juli 2000]  

 


  
Editor dan disain: a.sudjud dartanto |  07/23/2000