|
JURNALISME
On(e)line Exhibition
17th World Wide Video
Art Festival
Seni dalam Lipatan Jarak, Ruang dan
Waktu
Seni dalam dunia "kecil". Kecenderungan membuka
peluang bagi ruang pikir, persepsi, seremonial baru dan
estetika yang lebih luas. Menggembosi mainstream dan
birokrasi ?
Ada ungkapan bahwa dunia ini serasa milik berdua,
yang lain, "Betapa kecil rasanya dunia ini". Untuk
sekarang, ungkapan itu bisa jadi berubah menjadi "dunia
ini milik siapa saja", ungkapan kedua, dunia bukan hanya
terasa kecil, tetapi memang semakin tampak mini,
khususnya saat-saat menjelang milenium ketiga. Sejak
internet diperkenalkan 30 tahun lalu oleh Leonard
Klienrock, internet menjadi model koneksi baru dalam
melakukan lalu lintas interaksi. Internet juga sebuah
teknologi yang berhasil menisbikan keterbatasan ruang
fisik, waktu dan jarak. Hasil dari rekayasa teknologi
ini mengubah dunia menjadi seperti desa kecil (global
village), batas negara, jarak antar negara dan
luas-sempitnya sebuah negara tidak lagi dipersoalkan.
Teknologi ini juga menciptakan sebuah ruang baru yaitu
realitas maya (virtual reality), dan budaya baru yang
sering disebut sebagai cyberculture. Semakin jelas bahwa
internet yang bermula sebagai media yang hanya mengirim
dan menerima data, sekarang berkembang pesat yang hampir
menyerupai ruang fisik. Untuk sekarang, internet dapat
menjadi ruang lalu lintas seni dan budaya. Adalah sebuah
pameran di internet, sebagai salah satu kemungkinan dari
luasnya tawaran dari teknologi informasi, memang
menyajikan sebuah seremonial baru, tidak seperti
lazimnya sajian pameran-pameran pada umumnya. Di sini
dibutuhkan seperangkat komputer yang compatible, modem
dan telepon untuk mengunjungi ruang pamer maya tersebut.
Pada tanggal 15-18 September 1999 Yayasan Seni Cemeti
berpartisipasi sebagai host dalam sebuah program yang
diselenggarakan oleh The Gate Foundation, lembaga
nirlaba yang memberi kontribusi isu tentang
multikultural dan seni kontemporer ‘non western
countries’, dengan bertajuk On(e)line (baca On line atau
One Line) sebagai bagian dalam World Wide Video Art
Festival ke-17 yang dipusatkan di Amsterdam untuk tahun
ini, yang juga diikuti lembaga seni seperti: Public Eye
(Cape Town, Afsel), Delta Gallery (Zimbabwe), InIVA (Inggris) dan Museo de Arte y Diseno Contemporaneo
(Costa Rica) dan The Gate Foundation sendiri.
Materi pergelaran ini adalah presentasi video art
kiriman dari masing-masing peserta yang secara bergilir
ditayangkan selama lima hari tersebut pada situs http://surf.to/on(e)line.
Juga sebuah konferensi yang berlangsungkan pada tanggal
19 September 1999 dengan Gate Foundation sebagai
moderator bertajuk Globalisation and The Regional.
Teknis konferensi tersebut dilakukan dengan cara tanya
jawab langsung (dalam bentuk video, audio dan chat),
yang berlangsung di situs http://www.dds.nl/~gatefoun/confer.htm..SebelumNamun
sebelum konferensi itu berlangsung, tanggal 15 sampai 17
September 1999 diadakan prakonferensi berupa diskusi
seusai presentasi karya dengan tema-tema yang sudah
disepakati antara lain : internet, institusi seni,
seniman dan globalisasi.
Indonesia menampilkan karya Heri Dono dan
GEBERModusoperandi (Bintang Hanggono dan Pius Sigit).
Tiga seniman ini masing-masing menampilkan karya
videonya yang sebelumnya telah dipamerkan di Yogyakarta.
Heri Dono menampilkan karya berjudul Badut-Badut
Politik( durasi 10 menit), sebuah karya performans yang
menggulirkan tentang keberadaan elit penguasa dan
kondisi politik Indonesia.. Sedangkan Pius Sigit
menampilkan karya berjudul 1999 Indonesia Discount Up To
50 % (durasi 20 menit), sebagai gambaran tentang
terpuruknyaIndonesia akibat krisis yang melanda serta
karya berjudul Under The Public Licence (durasi 20
menit) milik Bintang Hanggono, tentang sistem
kepemilikan publik yang kerap dimonopoli oleh
pribadi-pribadi yang rakus. Ketiganya berupaya
menampilkan karya dari empatinya terhadap fenomena
aktual yang terjadi di Indonesia. Begitu juga dengan
seniman-seniman lainnya yang merespon fenomena pada
situasi lokalnya masing-masing.
Seperti pada konferensi interaktif dengan topik
Globalisation and The Regional, disiratkan bahwa
beberapa tahun terakhir terlihat ada usaha-usaha yang
serius dalam membuka diri terhadap budaya lain. Internet
sebagai alat bantu komunikasi dan interaksi mengambil
peranan penting . Sehingga seni dan budaya khususnya
diluar mainstream (Eropa dan Amerika) dapat
eksis.
Sisi lain dengan adanya internet ini, bahwa nilai
seni dan budaya lokal antara satu dengan lainnya
ternyata mempunyai intensitas yang sama dengan yang
lain, apalagi jika dikaitkan isu multikulturalisme yang
sering digaungkan akhir-akhir ini . Sebuah "lipatan"
baru yang diharapkan ! [A. Sudjud D]
Tulisan in dimuat
pada Surat YSC Volume 5 (Lima)
| |
|
 ,
terimakasih atas kunjungan Anda. Mudah-mudahan situs yang telah
terancang ini banyak memberi manfaat bagi Anda dalam bidang seni,
budaya dan teknologi. Situs ini seoptimal mungkin memperhatikan
aspek networking, akurasi data dan updating. Saya berharap
barangkali dari teman-teman sekalian ada yang merespon kegiatan
ini sehingga proses pendataan ini menjadi lebih baik. Saran, pesan
dan komentar langsung anda kirimkan ke email sujud@usa.net atau ke kolom
komentar situs ini. [Yogyakarta,
30 Juli 2000] | | |